Monday, October 05, 2020

Sosiologi Visual sebagai Konsep dan Metode (Gagasan Awal dan Bahan Pembelajaran Mandiri)

Pengantar oleh 
Arie Setyaningrum Pamungkas dan Dana Zakaria Hasibuan

Secara umum sosiologi visual adalah bidang kajian Sosiologi kualitatif yang merangkum berbagai pendekatan lain yang bersifat interdisipliner. Salah satu ide dasar dalam Sosiologi visual adalah bahwasanya wawasan dan studi mengenai konstruksi sosial dapat diperoleh dengan cara mengamati, menganalisis, dan  bahkan merumuskan kerangka teoritik melalui bentuk-bentuk manifestasi visual yang dapat ditemui dalam perilaku manusia dan produk material budaya (Pauwels, 2010: 546, Zuev, Dennis, 2016). Dengan kata lain, Sosiologi visual bertujuan untuk menormalisasikan penggunaan (pemanfaatan) citra visual (visual imagery) sebagai suatu tipe data yang valid dan relevan bagi beragam penelitian Sosiologi (Zuev, 2016. Ibid).

Upaya ini mengubah cara pandang di dalam kajian dan penelitian Sosiologi visual ini dilakukan karena selama dalam penelitian-penelitian Sosiologi khususnya dalam metode kualitatif hanya memperlakukan materi-materi visual sebagai pelengkap atau sekedar ilustrasi – bukan sebagai data bagi penyusunan argumen yang bersifat sosiologis. Menurut Dennis Zuev (2017), Sosiolog visual mempelajari beragam manifestasi visual seperti citra, foto, gambar bergerak, film, dan ekspresi visual sebagai realitas sosial dimana data visual memiliki kualifikasi sebagai data yang setara dengan data berbasis pada pengamatan, wawancara (recording) dalam penelitian Sosiologi Kualitatif – yang bukan hanya menjabarkan konstruksi realitas sosial itu sendiri, melainkan dapat membangun suatu kerangka analisis yang bersifat konseptual. Dalam konteks inilah Sosiologi visual bukan hanya sekedar metode riset sosial semata melainkan sekaligus suatu konsep dan kerangka teoritis yang secara kritis menjabarkan tentang transformasi budaya dimana ekspresi visual dan medium visualisasi menjadi bagian dari realitas sosial sehari-hari. Dengan kata lain, kajian Sosiologi visual melengkapi kerangka konsep dan teoritik yang didasari oleh teori Sosiologi kehidupan sehari-hari (Sosiology of everyday life). Meski demikian, sebagai suatu metode penelitian Sosiologi visual juga dapat digunakan dengan menggunakan cara baca atau analisis pendekatan sosiologis yang lain. Analisis sosiologis visual juga dapat disajikan tanpa gambar. Pendekatan sosiologis visual bahkan dapat digunakan untuk menganalisis data non-visual, misalnya, ketika mewawancarai orang-orang tentang bagaimana mereka membuat, menafsirkan, dan mengedarkan gambar, foto, film, atau manifestasi visual dan bahkan ekspresi visual. Dalam hal ini, metode Sosiologi visual menganalisis data yang terkait dengan bagaimana dunia sosial dilihat oleh subyek dan bukan gambar spesifik itu sendiri.

Sebagai suatu disiplin ilmu baru dalam rumpun Sosiologi, kajian Sosiologi visual baru mengemuka selama kurang dari dua dekade terakhir. Antropologi visual telah lama berkembang sejak tahun 1970-an, sedangkan Sosiologi visual adalah konsep dan metodologi yang baru muncul belakangan terutama semenjak berdirinya program kajian Sosiologi Visual di Departemen Sosiologi Universitas Goldsmith Inggris pada awal milenium di tahun 2000an. Kemunculannya ini didukung oleh perkembangan pesat dalam ‘produksi dan reproduksi’ citra visual (visual imaging) sebagai bagian dari reproduksi sosial dalam masyarakat kapitalisme tingkat lanjut dan menjadi realitas sosial sehari-hari. Dalam konteks ini banyak sosiolog yang mulai menyadari arti dan nilai metodologi visual dan pentingnya fenomena ikon dalam budaya kontemporer. Perkembangan ini juga bukan hanya berlaku pada kajian makro-Sosiologi semata, melainkan juga dalam kajian mikro-Sosiologi, dimana penelusuran minat dan keingintahuan atas pentingnya gambar atau citra visual sebagai data primer (Collins, 2004).  Beberapa studi yang berkembang akhir-akhir ini melalui pendekatan Sosiologi visual juga didedikasikan untuk isu-isu sosial yang beragam seperti konflik etnis, persepsi lanskap kota, identitas kolektif dan gender (Nathansohn dan Zuev, 2013b). Pendekatan Sosiologi visual bahkan mampu digunakan sebagai metode penelitian partisipatoris dimana pemanfaatan ‘documentary film making’ menjadi lokus pengetahuan baru – yang memerlukan integrasi atas pengetahuan dan keahlian visual sebagai cara-cara baru berkomunikasi di dunia digital yang berkembang pesat. Pemanfaatan kanal-kanal media sosial seperti Youtube, Podcast, Vimeo, dan sebagainya menjadi medium baru dimana gagasan dan praktik sosial dibagikan sebagai ekspresi visual yang kompleks. Dalam konteks ini medium visualisasi memiliki fungsi yang sama dengan bahasa.

Sumber Rujukan Literatur 

Armbust, Walter. 2000. Mass Mediations: New Approaches to Popular Culture in the Middle East and Beyond. Berkeley: University of California Press.
Barthes, Roland. 1980. Camera Lucida: Reflection of Photography. New York: Hill and Wang
Bauman, Zygmunt. 2000. Liquid Modernity. London: Polity Press.
Becks, Ulrich. 1992. Risk Society: Toward a New Modernity. London and NY: SAGE.
Benjamin, Walter, 1999 (recollected). “The work of art in the age of mechanical production”, dalam Jessica Evans dan Stuart Hall (ed), Visual Culture: The Reader, London: Sage.
Bourdieu, Pierre, 1999. “The Social Definition of Photography”, dalam Jessica Evans dan Stuart Hall (ed), Visual Culture: The Reader, London: Sage.
Bourdieu, Pierre, 1994. Distinction: A Social Critique of the Judgement of Taste, London: Routledge.
Chaplin, Elizabeth. 1994. Sociology and Visual Representation. London Routledge.
Evans, Jessica dan Stuart Hall (ed) 1999. Visual Culture: The Reader, London: Sage.
Flanagan, Kieran. 2014. Seen and Unseen in Visual Culture, Sociology, and Theology. London and NY: Palgrave
Grady, John. 1996. “The Scope of Visual Sociology”. Visual Sociology 11 (2): 10-24
Hall, John, Stimson dan Becker (ed). 2006. Visual World. Routledge: London
Hall, Hobson, Lowe, dan Willis (ed). 1980. Culture, Media, Language: Working Papers in Cultural Studies. London: Routledge.
Hall, Stuart (ed). 1997. Representation: Cultural Representations and Signifying Practices. London: Sage.
Horkheimer dan Adorno, 2001 (recollected). “The Culture Industry: Enlightenment as Mass Deception”, dalam Durham dan Kellner, Media and Cultural Studies: keywords, Oxford: Blackwell Publishing.
Marvasti, Amir. 2004. Qualitative Research in Sociology. Routledge: London.
Pauwel, Luc. 2010. “Visual Sociology Reframed: An Analytical Synthesis and Discussion of Visual Methods in Social and Cultural Research”. Sociological Method and Research 38 (4): 545-581
Pink, Kurti, dan Afonso (ed). 2004. Working Images: Visual Research and Representation in Ethnography. London dan NY: Routledge.
Sutherland and Fealthy. 2013. Cinematic Sociology: Social Life in Film. Sage: Los Angeles.
Zuev, Dennis. 2016. “Visual Methods in Event Studies”, dalam Shortell dan Brown, Walking the European City. Aldershot: Ashgate Publishing.

Ibu, bagaimana aku harus menghadapi dunia, tanpamu?

 Ibuku pergi ke haribaan Illahi pagi pukul 03.05 WIB di hari  Sabtu, 9 Juli 2022. Aku tidak ada di sisinya, tetapi selalu ada di hatinya, se...