Pengantar oleh
Arie Setyaningrum Pamungkas dan Dana Zakaria Hasibuan
Secara umum sosiologi visual adalah bidang kajian Sosiologi
kualitatif yang merangkum berbagai pendekatan lain yang bersifat
interdisipliner. Salah satu ide dasar dalam Sosiologi
visual adalah bahwasanya wawasan dan studi mengenai konstruksi sosial dapat diperoleh dengan cara mengamati, menganalisis, dan bahkan
merumuskan kerangka teoritik melalui bentuk-bentuk manifestasi visual yang
dapat ditemui dalam perilaku manusia dan produk material budaya (Pauwels, 2010:
546, Zuev, Dennis, 2016). Dengan kata
lain, Sosiologi visual bertujuan untuk menormalisasikan penggunaan
(pemanfaatan) citra visual (visual imagery) sebagai suatu tipe data yang valid
dan relevan bagi beragam penelitian Sosiologi (Zuev, 2016. Ibid).
Upaya ini mengubah cara pandang di dalam kajian dan
penelitian Sosiologi visual ini dilakukan karena selama dalam
penelitian-penelitian Sosiologi khususnya dalam metode kualitatif hanya
memperlakukan materi-materi visual sebagai pelengkap atau sekedar ilustrasi –
bukan sebagai data bagi penyusunan argumen yang bersifat sosiologis. Menurut
Dennis Zuev (2017), Sosiolog visual mempelajari beragam
manifestasi visual seperti citra, foto, gambar bergerak, film, dan ekspresi visual sebagai realitas sosial dimana data visual memiliki
kualifikasi sebagai data yang setara dengan data berbasis pada pengamatan,
wawancara (recording) dalam penelitian Sosiologi Kualitatif – yang bukan hanya
menjabarkan konstruksi realitas sosial itu sendiri, melainkan dapat membangun
suatu kerangka analisis yang bersifat konseptual. Dalam konteks inilah
Sosiologi visual bukan hanya sekedar metode riset sosial semata melainkan
sekaligus suatu konsep dan kerangka teoritis yang secara kritis menjabarkan
tentang transformasi budaya dimana ekspresi visual dan medium visualisasi
menjadi bagian dari realitas sosial sehari-hari. Dengan kata lain, kajian
Sosiologi visual melengkapi kerangka konsep dan teoritik yang didasari oleh
teori Sosiologi kehidupan sehari-hari (Sosiology of everyday life). Meski
demikian, sebagai suatu metode penelitian Sosiologi visual juga dapat digunakan
dengan menggunakan cara baca atau analisis pendekatan sosiologis yang lain. Analisis sosiologis visual juga dapat disajikan tanpa
gambar. Pendekatan sosiologis visual bahkan dapat digunakan untuk menganalisis
data non-visual, misalnya, ketika mewawancarai orang-orang tentang bagaimana
mereka membuat, menafsirkan, dan mengedarkan gambar, foto, film, atau manifestasi visual dan bahkan
ekspresi visual. Dalam hal ini, metode Sosiologi visual menganalisis data
yang terkait dengan bagaimana dunia sosial dilihat oleh subyek dan bukan gambar
spesifik itu sendiri.
Sebagai suatu disiplin ilmu baru dalam rumpun
Sosiologi, kajian Sosiologi visual baru mengemuka selama kurang dari dua dekade
terakhir. Antropologi visual telah lama berkembang sejak tahun 1970-an,
sedangkan Sosiologi visual adalah konsep dan metodologi yang baru muncul
belakangan terutama semenjak berdirinya program kajian Sosiologi Visual di
Departemen Sosiologi Universitas Goldsmith Inggris pada awal milenium di tahun
2000an. Kemunculannya ini didukung oleh perkembangan pesat dalam ‘produksi dan
reproduksi’ citra visual (visual imaging) sebagai bagian dari reproduksi sosial
dalam masyarakat kapitalisme tingkat lanjut dan menjadi realitas sosial sehari-hari.
Dalam konteks ini banyak sosiolog yang mulai menyadari arti dan nilai metodologi visual
dan pentingnya fenomena ikon dalam budaya kontemporer. Perkembangan ini juga bukan hanya berlaku pada kajian
makro-Sosiologi semata, melainkan juga dalam kajian mikro-Sosiologi, dimana
penelusuran minat dan keingintahuan atas pentingnya gambar atau citra visual
sebagai data primer (Collins, 2004). Beberapa studi yang berkembang akhir-akhir ini
melalui pendekatan Sosiologi visual juga didedikasikan untuk isu-isu sosial yang beragam seperti
konflik etnis, persepsi lanskap kota, identitas kolektif dan gender (Nathansohn
dan Zuev, 2013b). Pendekatan Sosiologi
visual bahkan mampu digunakan sebagai metode penelitian partisipatoris dimana
pemanfaatan ‘documentary film making’ menjadi lokus pengetahuan baru – yang
memerlukan integrasi atas pengetahuan dan keahlian visual sebagai cara-cara
baru berkomunikasi di dunia digital yang berkembang pesat. Pemanfaatan
kanal-kanal media sosial seperti Youtube, Podcast, Vimeo, dan sebagainya
menjadi medium baru dimana gagasan dan praktik sosial dibagikan sebagai
ekspresi visual yang kompleks. Dalam konteks ini medium visualisasi memiliki
fungsi yang sama dengan bahasa.
Sumber Rujukan Literatur
Armbust, Walter. 2000. Mass Mediations: New Approaches to Popular
Culture in the Middle East and Beyond. Berkeley: University of California
Press.
Barthes, Roland. 1980. Camera Lucida: Reflection of Photography. New York: Hill and Wang
Bauman, Zygmunt. 2000. Liquid Modernity. London: Polity Press.
Becks, Ulrich. 1992. Risk Society: Toward a New Modernity.
London and NY: SAGE.
Benjamin, Walter, 1999 (recollected). “The work of art
in the age of mechanical production”, dalam Jessica Evans dan Stuart Hall (ed),
Visual Culture: The Reader, London:
Sage.
Bourdieu, Pierre, 1999. “The Social Definition of
Photography”, dalam Jessica Evans dan Stuart Hall (ed), Visual Culture: The Reader, London: Sage.
Bourdieu, Pierre, 1994. Distinction: A Social Critique of the Judgement of Taste, London:
Routledge.
Chaplin, Elizabeth. 1994. Sociology and Visual Representation. London Routledge.
Evans, Jessica dan Stuart Hall (ed) 1999. Visual Culture:
The Reader, London: Sage.
Flanagan,
Kieran. 2014. Seen and Unseen in Visual
Culture, Sociology, and Theology. London and NY: Palgrave
Grady,
John. 1996. “The Scope of Visual Sociology”. Visual Sociology 11 (2): 10-24
Hall,
John, Stimson dan Becker (ed). 2006. Visual
World. Routledge: London
Hall,
Hobson, Lowe, dan Willis (ed). 1980. Culture,
Media, Language: Working Papers in Cultural Studies. London: Routledge.
Hall,
Stuart (ed). 1997. Representation:
Cultural Representations and Signifying Practices. London: Sage.
Horkheimer dan Adorno, 2001 (recollected). “The
Culture Industry: Enlightenment as Mass Deception”, dalam Durham dan Kellner, Media and Cultural Studies: keywords,
Oxford: Blackwell Publishing.
Marvasti, Amir. 2004. Qualitative Research in Sociology. Routledge: London.
Pauwel, Luc. 2010. “Visual Sociology Reframed: An
Analytical Synthesis and Discussion of Visual Methods in Social and Cultural
Research”. Sociological Method and
Research 38 (4): 545-581
Pink, Kurti, dan Afonso (ed). 2004. Working Images: Visual Research and
Representation in Ethnography. London dan NY: Routledge.
Sutherland and Fealthy. 2013. Cinematic Sociology: Social Life in Film. Sage: Los Angeles.
Zuev, Dennis. 2016. “Visual Methods in Event Studies”,
dalam Shortell dan Brown, Walking the
European City. Aldershot: Ashgate Publishing.